Tuesday, September 15, 2015

Saat Kamu Datang


Mari berbicara tentang bagaimana saya saat kamu datang. Semoga, saya dalam keadaan baik sepenuhnya. Tidak sedang flu, misalnya. Lucu saja kan, kalau saat kamu datang, saya sedang kerepotan mengurusi hidung yang sedang belepotan? Bukan lucu, tapi jorok.

Semoga, saat kamu datang, saya dalam keadaan baik sepenuhnya. Tidak sedang merengek menonton drama Korea, misalnya. Aneh saja, kalau misalnya saat kamu datang, saya sedang belepotan mengurusi mata yang sembab akibat menyaksikan hal-hal yang menurut kebayakan orang sepele. 

Semoga, saat kamu datang, saya dalam keadaan baik sepenuhnya. Baik raga saya, baik jiwa saya, baik pemahaman saya, baik penerimaan saya, serta baik hati saya. Semoga, ya!

Jawa Pos National Network's Office


Thursday, September 10, 2015

...dan ternyata saya punya banyak sebentar



sebentar-sebentar saya mendesahkan napas panjang-panjang. sebentar-sebentar saya terpekur menatap jam dinding yang terpaku diam, patuh terus memutar jarumnya. sebentar-sebentar saya menyelonjorkan kaki pertanda ia mulai kesemutan. sebentar-sebentar saya melihat layar telepon genggam yang kosong melompong tanpa pesan pendek yang masuk. sebentar-sebentar, saya berusaha memperbaiki lipatan kerudung yang mulai melorot di kepala. duh, saya punya begitu banyak sebentar-sebentar, boleh, kamu datang menggenapinya?


Jawa Pos National Network's Office, 12:37

Wednesday, September 9, 2015

mungkin;

mungkin;
kita perlu duduk berdua di teras rumah. sambil perlahan-lahan menyesap kopi pekat kesukaan kita. kemudian berbincang banyak. tentang kucing-kucing peliharaan saya. tentang koleksi manga kesukaanmu. tentang betapa akhir-akhir ini saya sering terserang flu tiba-tiba. atau tentang klub bola idolamu yang belakangan ini sering tampil tidak prima.

mungkin;
kita perlu duduk berdua di hamparan pasir pantai yang hangat menjelang senja. kemudian saling berdiam diri. saling menafsirkan detak-detak jantung yang bersusulan menyaingi deburan ombak yang bergilirian mengecup tepian. hanya diam saja. tak perlu banyak ucap.

mungkin;
kita perlu duduk berdua di perpustakaan daerah. tanpa telepon genggam yang mengusik. tanpa selingan cokelat hangat. hanya saling berhadapan sambil tenggelam pada bacaan di genggaman.

mungkin;
kita perlu duduk berdua di hamparan rumput di tanah lapang. memerhatikan bocah-bocah bau matahari yang tengah asyik bermain layangan. tanpa saling tatap. hanya membuang pandangan pada luas langit yang teriknya mulai melemah.

ada banyak mungkin. manakah kemungkinan yang paling kamu semogakan?

Di ruang penuh suara jangkrik yang dingin dan menyenangkan, jauh dari tempatmu berada; 21:47

Tuesday, September 8, 2015

Berbicara dengan Diri Sendiri

Halo!
Halo.

Kamu seperti pesakitan akhir-akhir ini!
Oh, ya? Masa?

Caramu berkilah seperti menjawab pertanyaan saya.
 Kamu kan saya!

Baiklah. Lalu kenapa kamu seperti pesakitan belakangan ini?
Entahlah. Rasa-rasanya saya tidak perlu menjawab panjang-panjang, kan? Kamu paham itu.

Hei, lalu untuk apa kamu memanggil saya sesiang ini, di waktu mata sedang kantuk-kantuknya? Kamu menarik saya duduk berhadap-hadapan untuk bicara. Maka bicaralah!
 Baiklah. Kepala saya sedang disesaki begitu banyak beban mungkin. Kamu tahu kan, tak genap sebulan sejak saya resmi menjadi alumni kampus, saya sudah menyandang status karyawan. Menyenangkan kedengarannya. Tapi seperti ada lubang di hati saya. Entah. Mungkin seperti terlalu cepat, atau juga yang lainnya. Saya tak paham benar.

Friday, September 4, 2015

Terimakasih

Terimakasih, untuk setiap cerita yang sudah bersetia berlalu-lalang singgah di sini.
Terimakasih, untuk semua tawa dan juga segenap cerita pilu yang sudah menemani selama ini.
Terimakasih, untuk setiap sesal, kesal, pedih, sekelumit rumit, dan semua perputaran cerita yang pernah bertutur mendampingi.

Terimakasih.
Terimakasih.
Terimakasih.
Untukmu, Diri sendiri.

Juni

Aku menekuri ujung sepatu yang kupakai. Sialnya, sepatu ini kembali melempar ingatanku pada wajah gadis itu. Katanya, dulu, ia pali...