Saturday, September 14, 2013

Harap(an)

Saya tidak percaya dengan sesuatu bernama kebetulan. Semua telah tercoreti dengan tanganNya. Dengan penglihatanNya. begitu juga dengan lipatan jumpa kita, saya percaya, bahwa sebelum ruh ditiupkan pada ubun-ubun kita, segala garis tentang pertemuan ini sudah berjajar rapi dalam bukuNya.


***

Saya senang menjejali otak saya dengan kalimat pengharapan, walau saya paham benar, bahwa pengharapan, dengan selalu akan menukar apa yang telah saya bangun menjadi tidak berkesesuaian. Hampa tanpa korelasi. Kosong tanpa jawaban. Menggaung tanpa ada pengisi.

Ini menjadi berbeda ketika jumpa hadir di antara saya dan kamu. Saya berani untuk berharap. Saya mampu untuk membangun mozaik-mozaik pinta padaNya. Saya tak melahirkan keraguan atas itu.

Cinta?
Entah. Kata itu sudah lama tak ada dalam batok kepala saya. Mungkin jawabannya bisa iya. Condong ke iya. Saya tengah berada dalam perahu yang mengapung di lautan bernamakan cinta.

Cinta ini membuat saya berani meletupkan harapan atas kamu, Tuan.

Pagi, 9:48


Wednesday, September 4, 2013

D!

saya ingin menikahimu di ujung belati
saya
membisikkan mantra-mantra
kematian sambil mengusap ubun-
ubunmu dengan rapalan doa sekarat
lalu saya ingin menjelma menjadi
dongeng buta di sudut bantalmu
menanak diri saya menjadi mimpi
buruk yang tak punya ujung
kemudian meniupkan kenangan itu
(lagi) di pelupuk memorimu
sembari berlalu, meninggalkanmu
yang berdarah-darah

(Reski, di ujung pagi)

Juni

Aku menekuri ujung sepatu yang kupakai. Sialnya, sepatu ini kembali melempar ingatanku pada wajah gadis itu. Katanya, dulu, ia pali...