***
Saya senang menjejali otak saya dengan kalimat pengharapan, walau saya paham benar, bahwa pengharapan, dengan selalu akan menukar apa yang telah saya bangun menjadi tidak berkesesuaian. Hampa tanpa korelasi. Kosong tanpa jawaban. Menggaung tanpa ada pengisi.
Ini menjadi berbeda ketika jumpa hadir di antara saya dan kamu. Saya berani untuk berharap. Saya mampu untuk membangun mozaik-mozaik pinta padaNya. Saya tak melahirkan keraguan atas itu.
Cinta?
Entah. Kata itu sudah lama tak ada dalam batok kepala saya. Mungkin jawabannya bisa iya. Condong ke iya. Saya tengah berada dalam perahu yang mengapung di lautan bernamakan cinta.
Cinta ini membuat saya berani meletupkan harapan atas kamu, Tuan.
Pagi, 9:48