Friday, December 18, 2015

Hujan di Kota (Kita)

ini sudah desember, kamu tahu, kan? desember, artinya musim penghujan mulai bersetia menunggui hari-hari kita. jalanan basah dibasuh, pakaian yang dijemur mamak tak kunjung kering, ayam-ayam terkantuk-kantuk di kandang, belum lagi kita yang semakin malas mandi pagi.

kita? ah, ya, apa kabarmu di sana, kembali ke kota ini, ingatan menyeret saya menuju hulu wajah dan namamu. kamu ingat, kita pernah berdiam diri menunggui hujan reda sambil terus berharap-harap cemas akan bagaimana masa depan kita berdua nanti, tapi ternyata, hari ini kita tidak bisa bersama. lucu ya? kadang kamu, pun saya, selalu bercerita angan-angan kita esok lusa, toh, pada akhirnya kita sampai di titik ini; tidak pernah berkabar sama sekali.

terimakasih, semoga di seberang sana, kamu selalu sehat.


Makassar, hari kedelapanbelas bulan Desember.

Saturday, December 5, 2015

Sebab; daun-daun pula angin-angin


pada suatu pagi
ada begitu banyak kerontang gerimis yang berpeluh di kaca jendela
katamu pagi itu
kita ini pelupa
tapi nekat jadi pepuisi
sebab
kutunggu matamu terpatuk di mataku
serupa yang dieratkan dengan segala apa yang paling erat
serupa tak bisa lepas dan lekat tanpa sekat

sebab-sebab.
doa-doa.
rapal-rapal.
daun berputar jatuh
angin menggeliat manja meniup-niup
ubun-ubun kita dingin
menjadi beku serupa balok-balok es
pada satu masa.
coba kau kali-kali dan tambah-tambah
sebab-sebab
apa-apa yang kita lupa
melupai
dilupai
terlupai


Luwuk, Ujung tahun 2015

Friday, December 4, 2015

Kepalamu; gerimis

pic from here


kepada waktu
ku sandarkan peluh dan cerita
kira-kira begini
ketika kau temukan aku, perempuanmu, termangu pada setitik rintik
maka tahanlah sebentar lagi
kita sepisah-pisah
kira belum-belum
jika memang nanti akan, maka sabar adalah penawar
jika memang nanti telah, maka cukup menjadi penutup

kepada kemarin
telah ku cari penawar atas segala
tak genap sembuh
malah kambuh
entah, mungkin besok ketika kita berjalan menangkupkan langkah
tak ada yang salah
tak mengapa berkilah
namun, jangan sampai ada pisah

kepada hari ini
telah ku cukup-cukupkan daya
agar tetap memaku langkah
tetap bersetia memaku cerita
bisa jadi
besok lusa
ketika kau telah ada
kau kemudian bisa membaca
terbata-bata, mengeja, atau meraba
kau temukan aku mematung di sana

kepada esok
kepada masa depan
kepada pagi
kepada petang
kepada malam yang terus menua
kepada mu
kepada ku
kepalaku
kepalamu
kepak-kepaknya
gerimis-gerimisnya
pelangi-pelanginya
kepada segala yang mengedar



Luwuk, menyambut musim penghujan, 2015

Juni

Aku menekuri ujung sepatu yang kupakai. Sialnya, sepatu ini kembali melempar ingatanku pada wajah gadis itu. Katanya, dulu, ia pali...