Sunday, October 27, 2013

Perempuan Berjemari Cahaya dan Lelaki Pemanggul Kebahagiaan

Kalian
ketika Juli dan Agustus terbit
cahaya kalian bersinar menembus kaki-kaki langit
di saat Juli dan Agustus lahir
di saat itu pula janji kalian melahirkan kebahagiaan terpahat di hunjaman bumi

Perempuan berjemari cahaya,
kau menunjukiku jalan dengan daun berwarna-warni berguguran di atasnya
kau memetakan segala semak yang akan dilalui kaki kecilku
kau menebas ilalang yang menghalau langkah getirku
kau tampar segala ragu yang menohok mimpi-mimpiku

Lelaki pemanggul kebahagiaan,
kau gariskan bujur yang panjang bernama suka
bahagia
cinta
kasih sayang
penerimaan
ketulusan
segala kesabaran
untukku
yang kau sebut perempuan hebat yang hadir dalan hidupmu

Perempuan berjemari cahaya yang kupanggil Mamak,
senantiasa doa ini menggedor-gedor arsyiNya untuk bahagiamu
Lelaki pemanggul kebahagiaan yang kusebut Bapak,
tak luput bibir kecil ini merapal segala pinta dariNya untuk bahagiamu pula

Kalian,
adalah hadiah terbesar dari Dia dalam hidup saya.

17:41
Ketika tugas menumpuk dan merasa lelah yang sangat menghampiri, menatap pigura kalian berdua, membuat semangat saya berpacu ratusan kali lipat. Mama, Bapak, doakan Ananda. :')

Wednesday, October 23, 2013

Meminang Hujan

Izinkan saya menikahi hujan
mencumbu rintiknya dengan deretan kecup
memeluk derainya dengan isakan tawa
biarkan saya membeku di batas jemarinya
biarkan saya tetap berdiri menengadahkan kepala saya dengan seonggok tanya
di bawah rinainya

Mungkin saya terlalu sibuk membuat perkiraan
pun pikiran saya sesak untuk menarik banyak kesimpulan di sana-sini
atau juga saya terlalu bodoh dalam melihat kesempatan yang sesungguhnya bukan kesempatan

Genangan air hujan selalu membuat saya bertekuk
seperti ada seribu kunang-kunang di sana
masih ingat saat kita menikmati jagung bakar berdua di bawah pohon akasia?
kau tersenyum memamerkan gigi-gigi kelincimu
saya merapikan anak rambutmu yang dimainkan sepoi

Ini mungkin terlalu menyesakkan
tapi buat saya,
meletakkan titik pada cerita ini rasanya benar

Lalu hujan masih mengetuk jendela kamar saya

20:27
Di saat tugas kuliah menumpuk dan saya hanya bersedia membuka laman blig ini.

Sunday, October 20, 2013

Tunggu

Pagi ini saya kembali menanak puisi
menyajikannya mengepul tepat di piring porselen yang mengilap
lauknya sederhana
segumpal rindu mungkin
atau segenggam sesak
saya dan puisi saya selalu terlahir dengan garis takdir yang serupa

Puisi saya sebentar lagi matang
pun saya dengan bebayang saya
ketika sungguh kau tak berkata iya
pun mulutmu katup untuk mengucap tidak
saya masih setia di depan perapian
menunggu puisi saya benar-benar selesai ditanak atau bahkan mengepul hangus

07.41. Pagi saat senyummu belum genap di sisi.

Friday, October 18, 2013

Catatan Pinggir di Waktu yang Lengang

Saya mencintai derap-derap sepatumu, Tuan. Pun, saya cinta anak-anak rambut yang selalu nakal menepuk jidatmu. Tak pernah alpa pula rasa cinta saya lahir ketika harus melihat kilat matamu saat membaca buku-buku tebal di sudut perpustakaan tua di kota kita. Cinta selalu mendikte hati saya untuk menekuk sayang pada tulisan-tulisan acakmu di buku notes hitam yang selalu kau bawa di ranselmu yang berwarna senada.

Kata-kata selalu bermuntahan dari bilik kepala saya, ketika saya harus berhadap pada bebayangmu. Tuan, sebegitu candunya kah kau di lahan kepala saya? Iya. Iya. Selalu iya. Saya seperti tak punya jawaban lain ketika pertanyaan "Apakah saya jatuh cinta padamu, Tuan?" menyapa.

22:55. Malam yang menua di ujung detak jam.

Juni

Aku menekuri ujung sepatu yang kupakai. Sialnya, sepatu ini kembali melempar ingatanku pada wajah gadis itu. Katanya, dulu, ia pali...