Rumah. Tidak begitu megah. Yang jelas itu adalah ibu dari mimpi-mimpi kita yang akan lahir. Semoga meraup berkah di dalamnya. :')
05.48
Rumah. Tidak begitu megah. Yang jelas itu adalah ibu dari mimpi-mimpi kita yang akan lahir. Semoga meraup berkah di dalamnya. :')
05.48
Ada banyak kemungkinan yang tumbuh subur di kepala saya. Kemungkinan bahwa usia rindu yang saya miliki untuk kamu, bahkan jauh lebih tua dari usia kita berdua. Kemungkinan bahwa rasa rindu itu ingin segera dipensiunkan dengan penggenapan jumpa. Lalu kemungkinan tentang betapa rasa rindu itu belum menemui titik balik menjadi lipatan temu. Jauh. Terlalu jauh.
Saya ingin memangkas kemungkinan ketiga. Bahwa titik temu itu masih jauh. Tidak, detik-detik semakin mengalir deras menuju muara pertemuan kita, lipatan waktu terpenting dalam samudera kehidupan kita. Saya benci mengapa kemungkinan ketiga itu sangat susah untuk saya matikan dalam lahan kepala saya. Maksud hati ingin mematikannya dengan racun terbaik, namun waktu mengubahnya menjadi pupuk terhebat.
Saya rasa kemungkinan ketiga itu sudah semakin dewasa sekarang. Ia sudah paham bahwa kemungkinan keempat akan segera lahir. Ia tak bisa membantah apalagi menebas waktu. Kemungkinan keempat, bahwa rasa rindu itu akan ditebas habis oleh pertemuan yang tak pernah usai.
Malam. Oleh kamu. Dan untuk kamu.
S.A.F
Ketika air mengetuk-ngetuk ibu jari
saya temui kamu di tepian nafas hujan
menggantung lemah di sisi yang memudar
lalu memghilang perlahan ditelan derap-derapnya
saya melukiskanmu dengan kuas tanpa tinta
lalu membiarkan molekul udara yang membentuk diri menjadi rupamu
Saya tak ingin melupa. Sama sekali tak
membiarkan wujudmu menguar seperti bebauan tanah basah
tak memusingkan kenanganmu yang menjamur seperti kunang-kunang cahaya
membiarkan kamu menebar benih subur di kepala saya adalah cara terbaik melenyapkan kamu dari semak ingatan saya
Malam. 22.01 dengan segenap sesak
Sudah sepekan ini saya tidak berkeliling di dunia maya, terkait kepulangan saya di rumah. Saya benar-benar ingin menghabiskan waktu liburan dan mengisinya dengan kegiatan yang bermanfaat serta hangat bersama keluarga.
Saat sampai di rumah, sehari setelahnya, saya mematikan koneksi internet smartphone saya. Saya bertekad untuk fokus mengisi waktu liburan murni dengan keluarga. Maka mulailah saat itu, saya menghabiskan waktu dengan bereksperimen masakan ini itu di dapur (foto akan menyusul), berkebun dengan Mama tercinta, latihan debat bahasa Inggris dengan Bapak yang selama ini saya rindukan, bermain full time bersama ponakan-ponakan tercinta, menikmati panorama hamparan laut setiap matahari terbit dan terbenam bersama Mama, serta banyak lagi.
Liburan masih menyisakan banyak detik. Saya harus memanfaatkannya sebaik mungkin.
Sungguh, tak ada tempat seindah rumah. :')
Aku menekuri ujung sepatu yang kupakai. Sialnya, sepatu ini kembali melempar ingatanku pada wajah gadis itu. Katanya, dulu, ia pali...