Friday, May 23, 2014

KKN, Baliho, dan Hotel Mewah

Agaknya pembaca akan mulai kebingungan membaca judul tulisan saya kali ini --halah--, yang mungkin saja bertanya-tanya apa korelasi diantara ketiganya. Muahaha, sederhana, ini tentang perjalanan saya hari ini bersama saudara saya, Nur Khofifah. Jadi ceritanya begini...

Krik...
Krik...
Krik...

Pagi ini, tertanggal dua puluh tiga Mei dua ribu empat belas, kami berdua memutuskan untuk pergi mengurus hal-hal yang berkaitan dengan KKN (bukan korupsi, kolusi, dan nepotisme ya! :p), berhubung tahun ini adalah giliran kami untuk melewati tahap tersebut. Maka tepat pukul sepuluh pagi, kami berangkat ke Gedung Phinisi untuk mengambil blangko formulir KKN di bagian kemahasiswaan dengan menaiki bentor dari kontrakan.

FYI, bagi yang belum pernah lihat penampakan Gd. Phinisi Universitas Negeri Makassar. :) (Pic Source: Google)

Monday, May 12, 2014

Kejora-Kejora Milikmu



(satu)
ada kejora-kejora
di mata jernih milikmu
yang mampu luruhkan
segala gelisah yang membanjir

(dua)
ada kejora-kejora
di senyum lancip milikmu
yang seketika hancurkan
kaktus berduri di dalam hati

(tiga)
ada kejora-kejora
di tiap lambaian aksaramu
yang seketika kuatkan
segala sumpah untuk tetap bersetia

(empat)
ada kejora-kejora
di setiap helai rambut pekatmu
yang tak ada sedetik
mampu hapuskan segala keringat menyoal betapa lelahnya saya berjalan

(lima)
ada kejora-kejora
di lekukan tirusmu
yang membuat sayang saya terhadapmu
mengunung tiada ampun

sebab begitu banyak kejora-kejora
yang saya tangkap dari apapun milik kamu

21:13. Tantangan Permainan Frasa dari Dewliver.

Saturday, May 10, 2014

Coba Ingat



ingat sepuluh tahun silam?
saat kita masih berkepang dua
memakai baju terusan penuh corak warna
diselimuti ketika ingin beranjak lelap?
lalu berpura-pura memejam mata
ketika lampu dimatikan dan pintu ditarik menutup
kita tertawa tertahan
lalu nekat melanjutkan permainan bongkar pasang

ingat sepuluh tahun silam?
saat seragam baru sejenak kita tanggalkan
segera kita duduk bersila di lantai
bermain bola bekel sambil memunguti biak-biak aneka warna
lalu tertawa sumringah
ocehan tentang makan siang kita abaikan

ingat sepuluh tahun silam?
saat hujan turun menderas
kita berlari bahagia di bawah atap
mandi sepuasnya
sambil bersenandung soundtrack kartun favorit
hingga gigil
dingin memanggil
lalu masuk terbirit
ada teh manis hangat di meja bundar

ingat sepuluh tahun silam?
saat pulang kursus sempoa
kita berebut memutar vcd
lagu Maissy andalan kita
bernyanyi dengan suara cempreng
membangunkan adik bayi yang sedang lelap di sebelah rumah

ingat sepuluh tahun silam?
saat kita masih berseragam rupa warna bendera
saat kita masih berbedak tak rata
saat kita masih senang main lompat karet
saat kita masih setia bermain gundu
saat kita masih sering menumbuk tanah cokelat selaiknya koki hebat
saat kita masih lugu nan polos

semoga kamu ingat
sebab saya tak pernah jumpa lupa atas itu

21:41. Tantangan permainan frasa dari Kak Nahla.

18 Sampai 19



18:00. Langit merona. Banyak gradasi. Cokelat tanah, merah saga, ungu magenta, juga kuning kenari. Ini kesenangan kita. Berselonjor kaki di tanah lapang. Menikmati persembahan langit ditemani suara-suara merdu seluruh menara dari setiap sudut. Bergegas, sayang kita jatuh pada langit. Langit dengan sejuta cantik.

18:20. Kita masih berasyik masyuk menatap langit. Tidak menghiraukan panggilan mamak yang berteriak kencang mengancam pukulan sapu lidi jika tidak segera ke surau. Shalat dan mengaji. Biar kita tak jadi makhluk keji, ucap mamak. Tuhan mendengarkan. Dia turunkan hujan yang menderas, membuat kita terbirit lari menuju rumahNya. Tawa lepas.

18:50. Sekembalinya dari surau, kita diminta mengganti pakaian. Dengan pakaian terbaik. Sedang ada hajatan di kampung sebelah. Marawis mengalun bergema. Opor ayam pasti ada, kesukaanmu. Sambal petai juga pasti tersedia, kesukaanku. Kita bersorak. Berlomba berebut naik ke sepeda tua bapak.

19:00. Semua anak lelaki berkumpul. Sebaya. Kita berlomba naik ke genteng milik Mak Nini, demi seguhan pemandangan yang lebih mengundang takjub. Ada pesta kembang api dari kota. Di atas sini, kita bisa menyaksikan lebih. Semua tertawa, sambil mengunyah kacang goreng di genggaman.

19:40. Bapak berteriak lantang. Waktunya pulang. Kita enggan beranjak, namun kembali diingatkan, shalat isya belum kita tunaikan. Kemudian berebut lagi naik di sadel belakang sepeda. Tertawa-tawa. Kepala kita penuh cerita, bekal obrolan di kelas besok.

21:20. Tantangan permainan frasa dari Kak Adi.


Saya, Kamu, di Buku Bersampul Edelweis


dan ada semacam gempa
guncangan hebat
di dada
saat bola matamu
bertamu di iris saya
lalu seketika
gelap berubah terang
sesak menjadi lapang
suram berganti suka
lalu kegelisahan bermetomorfosa menuju penerimaan yang baik

lalu perlahan
matahari menyibak awan
menyentuh kepangan rambut legam milik saya
menyentuh pipi tembam
lalu menghangatkan lapisan epidermis
kamu disitu
setia duduk memaku cerita
tak gentar
seumpama batu karang ditepuk ombak
tak goyah

ingat ketika kamu bersumpah setia?
bola matamu menyalak pekat
serupa aspal
berjanji tiada dusta

sebentar
biar saya catat dulu pertemuan kita
janji-janji kita
di buku bersampul edelweis
ini biar kita tak jumpa lupa
kan?

20:56. Tantangan permainan frasa dari Dewliver. :')

Friday, May 9, 2014

Sebab Kita Telah Purna



awan kelabu
saya bersembunyi di balik hitamnya
kapan terakhir kita menangis berdua?
iya, saat kaki kita sandar di makamnya
makam harapan
yang kita bangun dengan banyak aksara

saya meratap di balik kerudung hitam
terisak pelan
pelan sekali
menyusup angin
menelisik di balik daun
menengadah
memejam sedetik
lalu kembali diam
kita purna

lalu perlahan kita melangkah
menyeret alas kaki kita untuk saling menjauh
untuk saling melupakan
untuk saling menggenapkan kehilangan
sebab tak ada lagi warna di kebersamaan
hanya hitam
tak ada lagi jingga atau merah jambu
bahkan kita telah lupa bagaimana cara saling membagi senyum

kemudian
biarkan saya menulis akhir kisah ini di atas selembar kertas bening
biar tak ada satu mata pun yang bisa mengejanya
sebab kita
telah purna

21:38. Permainan frasa dari Kak Syirah.

Thursday, May 8, 2014

Duduk dan Dengarkan Kata Hati Saya



"Saya sakit!" Kamu berujar pelan. Mata bulatmu menggambarkan keresahan. Kulitmu serupa warna mata pensil yang sering kita gunakan mengarsir bulatan lembar jawaban.

Izinkan saya duduk di dekatmu, mengusap jemari gemuk putihmu, lalu lirih berdoa dalam. Semoga kamu selalu baik. Senantiasa dalam kebajikan. Sekarang sedang hujan, kan? Ini waktu yang tepat buat saya panjatkan pinta kepada Sang Penguasa Langit.

"Saya ingin buah manggis. Kulitnya jauh lebih baik." Kamu menatap dengan sorot pinta. Saya angguk, tunggu hingga tiba musim panen. Saya akan berikan dengan akarnya di telapakmu, agar kamu bisa menanamnya di belakang rumahmu yang bertanah gembur itu. Dengan ketentuan, kamu harus sehat. Tak sakit. Kamu harus kuat. Tak lemah.

"Saya memberimu buku saja dulu, ya?" Saya menatap menawarkan. Kamu tersenyum. Mengangguk sekali dua kali. Rambut ombakmu bergoyang lincah. Buku gambar, katamu. Ah, bukannya kamu tak pandai menggambar? Kamu halus menggeleng. Kamu ingin menggambar matahari yang terbit dari balik gunung yang tua menghijau. Iya. Saya akan membawakannya untukmu, dengan ketentuan kamu harus tegar. Tak boleh gentar. Kamu harus teguh. Tak boleh jatuh.

Kita senantiasa berdoa, dengan segala sifat rendah hati. Pun, ketika Dia belum membuka lembaran surat yang berisi doa kita, tetaplah menjaga prasangka baik kita terhadapNya.

22:28, permainan frasa dari Nur.

Hal-Hal yang Berdesakan di Batok Kepala Saya



Berapa usiamu sekarang?
masih menulis angka satu di awalannya?
atau dua?
tiga?
ah, sudahlah, begitu banyak orang yang terlalu peka terhadap urusan tanya-menanya usia
pun saya, berhitung bulan, saya akan menulis angka dua di depan aksara usia saya
lalu,
banyak hal yang berdesakan di dalam tempurung kepala

Begitu banyak
tentang kapan saya akan melahirkan buku solo dan memajangnya di rak buku best seller
tentang kapan saya akan berpendar merona usai seorang lelaki berikrar akad di depan Bapak
tentang kapan saya akan bersemu merah saat bibir-bibir mungil memanggil saya dengan sebutan ummi
tentang kapan saya akan tersenyum bangga saat melihat jundi-jundi kecil saya menjadi juara kelas
tentang kapan saya bisa mematikan segala ketakutan saya terhadap selain Dia

tentang banyak hal
yang mendesak pori-pori otak saya

19:24. Tantangan manis permainan frasa dari Kak Syirah.

Lelaki Bernama Terbit



Ada banyak jingga berpendar saga di bola matamu. Dan saya yakin, itu cinta. Malu-malu, kamu bersuara lirih, menyebutkan kata yang harus saya ucap ketika ingin menyapamu. Nama? Iya, kamu mengucap nama. Terbit. Itu namamu. Dan, bagi saya terbit adalah indah, sebab kawanan iblis serupa terbirit, karena ketika terbit, banyak suara pengangunganNya yang tergemakan di seluruh menara.

Ah, Terbit. Kamu indah. Serupa bola-bola salju berwarna putih yang semakin membesar, ada pula rasa itu menyusup halus dalam dada saya. Beralun indah, serupa menetes di genting perasa saya. Boleh saya ikat hatimu di sekat ulu saya? Tidak, saya tak akan mengikatnya dengan tali rafia warna-warni, tapi saya akan mengikatnya dengan bersetia di sisimu, seperti setianya pelangi ketika hujan mereda.

19:10. Tantangan permainan frasa dari Kak Irna.

Anak-Anak Puisi



(1)
Ada gigil serupa es
membeku
di sela rongga dada
seakan menyempit

(2)
Ada darah tercecer di lantai
menggenang
di guratan tegel
serupa aliran sungai

(3)
Ada banyak paku tumbuh dari bola matamu
menusuk
di balik rimbun bulu mata
seolah menancapkan sejuta marah

(4)
Ada banyak barisan tengkorak
terkoyak
di sepanjang gua kenangan milik kita
seperti menghantui kisah

(5)
Lalu tiba pada akhir
ketika saya harus bertemu sebuah lubang di tepi komputer
mencolok modem
lalu mencari namamu di selancar dunia yang tersebut maya
apakah kau masih ada di sela belukar ingatan saya?

18:50. Tantangan permainan frasa dari Pak Baharuddin Iskandar.

Rerintik di Atas Kepala Saya



Saya menatap kalender dengan mata sempurna menyipit. Ada banyak deretan angka. Lamat-lamat, saya saksikan beberapa bulatan merah diperbuat oleh jemari saya sendiri. Banyak. Iya, bulatan tersebut berarti sesuatu yang paling sering saya sumpahi ketika bangun dari pembaringan; deadline. Entah mengapa, mahasiswa semester akhir seperti saya selalu terpapar sensitif jikalau bersua kata tersebut.

Banyak cerita di setiap bulatan kalender tersebut. Terkadang, di satu tanggal ganjil, ada bulatan merah dengan gambar hati di sudut angkanya. Artinya, itu adalah waktu dimana saya harus meluangkan diri bersama diri sendiri dengan berjalan menyusuri pantai hanya menggunakan sandal jepit lalu berselonjor kaki, membiarkan ombak menepuk-nepuk ujung kerudung saya. Hingga basah. Lalu tawa bahagia sempurna terbit dari wajah saya, meluapkan semua kekesalan pada bulatan lain di pertanggalan tadi.

Berturut-turut hari bergulir, banyak pintu yang harus saya buka. Dan pada setiap kunci yang berfungsi sebagai pembuka pintu-pintu banyak tadi, saya tidak boleh sering mengumpat bulatan-bulatan merah di pertanggalan yang saya tempel di dinding. Itu kata Mamak.

Lalu saya hapus segala resah biru yang saya senantiasa temui. Entah ketika tugas kuliah yang menumpuk tak kunjung selesai, atau penasehat akademik yang selalu rewel untuk dibawakan referensi banyak soal proposal penelitian saya. Iya, tidak jarang saya menangis. Mengeluarkan segala sesak yang mengantri di baik rongga dada saya. Tapi, ketika berbalik pada nasehat orang tua di kampung, semua kekesalan itu lenyap. Dan, satu keyakinan saya bahwa semangat saya tak akan pernah padam sampai toga bertahta manis di atas kepala saya.

14:11 dan masih mendapat tantangan permainan frasa dari Kak Adi.

Bangkai Kenangan; Kita



Kita; kenangan yang senantiasa bosan
sekat-sekat hati saya dipenuhi renjana
apakah saya sepengecut ini? dimana saya harus berlari menjauh dari tempat kamu berdiam
kamu ucap saya; pengkhianat
lalu dari rahim mulutmu terlahir berjuta caci buat saya

Kita; kenangan yang semakin lapuk
saya tidak bisa menampik
cinta saya pada kamu seumpama kurcaci
kecil, lemah, tak ada daya

Kita; kenangan yang layak dibuang
tolong, jangan pernah buat penjara untuk hati saya
di balik irismu, kamu telak benci akan saya
ini sakit, kan?
Pun saya, turut pilu

Kita; kenangan yang menua
saya durjana, katamu?
iya. saya tak ada bantah untuk itu
sebab kita; kenangan yang mati


9:31. Perpustakaan FBS. Permainan frasa dari Kak Hen.

Saatnya Kita Pulang



Ketika kaki-kaki kita lelah mamaku langkah di tempat ini
kemudian berturut-turut hati kita merasa terasing di udara ini
atau kita lalu bersua dengan ketakutan yang amat sangat
dan mata kita tak bisa lagi menatap lebih lama apa yang telah kita saksikan
mungkin saatnya kita kembali
saatnya kita perbaiki lagi cinta kita dengan Dia
atas dasar janjiNya dalam buku paling sempurna
tak akan ada kata terlambat atas tobat-tobat kita
tak pernah ada frasa tak terterima sujud-sujud kita
segera berlari menujuNya
segera temui Dia dalam lipatan sujud terindah yang pernah kita miliki

Wednesday, May 7, 2014

Kenangan yang Berlari-lari



Sudah berbilang tahun kita tak bersua
dulu, kita jumpa saat pertama kali bertabrak mata
di pelataran masjid, musim maulid
kita ditugasi menjemur karpet merah masjid di sepanjang pagar cokelat tua
kamu tersenyum hangat
merapikan kopiah yang agaknya kebesaran di kepalamu
lalu kau menghilang ke dalam masjid kemudian

Suara Pak Haji mengagetkan kita yang sedang terbata-bata mengeja iqra
jalanan basah, hujan mendesah
jemuran di pagar harus segera diangkat
disitu, kita bertemu lagi
walau tanpa bertukar senyum kembali

Lampu-lampu jalan mulai berpendar saga
kita pulang dengan celoteh lelah namun tetap bersenandung
seperti ada kipas angin di kepala saya
sejuk
cintakah ini?

Itu sepuluh tahun silam
malam ini, kotak kenangan itu kembali menganga
saat membaca namamu di selembar kertas wangi yang saya terima
perempuan itu, pasti sangat bahagia menjadi yang terpilih olehmu

22:05, permainan frasa dari Kak Dikpa Sativa.

Kamu dan Gadis Pemangku Duka



Awan-awan gemuk seolah sedang reuni di barisan perut langit
kamu tahu kan saya senang melukis kawanan mereka?
pun tentang kesukaan saya menyantap buah jeruk sambil sesekali membaui kulitnya
kamu akan tertawa senang melihat tingkah saya
matamu menyipit menghilang saat tergelak
ah, ya, pasti jelas pula di ingatanmu soal bagaimana gilanya saya terhadap makanan pedas?
sambal petai, oseng teri, cap cai wortel
saya tahu kamu ingat semuanya

Tapi mengapa kamu masih setia berlelah-lelah memupuk perasaanmu pada gadis pemelihara kesedihan semacam saya?
apa yang kamu harapkan pada seseorang yang selalu memenjarakan tangis di kedua telapaknya?
persoalan ini bisa menjadi sangat menakutkan
coba kau tengok jam dinding kelabu di sudut sana
jarumnya pun takut berdetak karena kamu masih setia di sebelah kanan, kiri, depan serta belakang saya


21:40. Permainan frasa dari Kak Adi.

Tuesday, May 6, 2014

Kepada yang Lampau

Jika saya kembali menempuh jalan yang lalu terus berbelok menemui perempatan. Maka kita akan bertemu lagi. Setidaknya, tolong jangan canggung. Kamu tahu ingatan saya sering sakit, kan? Jangan terlalu sering mengungkit cerita lama. Mungkin kita bisa bertukar senyum lepas dan sedikit cerita tentang pagi yang lalu. Tak usahlah kau cemaskan apa yang di dalam hati saya, itu sudah lama lewat. Sekarang, adalah terpenting bagaimana kita saling membuka lebar pintu maaf atas sakitmu dan sakitku di masa lalu.


Kenalan?


“Because never in my entire childhood did I feel like a child. I felt like a person all along―the same person that I am today.” --Orson Scott Card, Ender's Game


Saya tipe orang yang senang sekali memulai suatu percakapan dengan orang baru. Sekalipun penampakan luar orang tersebut garang, saya akan tetap memulai untuk membuat suatu perbincangan, seperti pada umumnya; perkenalan.

Kita; Kenangan yang Sulit untuk Menguap

 “Memory is the happiness of being alone.” - Lois Lowry, Anastasia Krupnik

Kenangan selalu berkelebat dalam kepala. Semacam lautan kisah yang mengumpul di tepi kepala, lalu menjelma menjadi ombak-ombak beriak yang indah, seraya memantul-mantul dengan suara yang indah.

Ah, saya ingin bercerita tentang kenangan saya bersama saudara-saudara hebat saya di Forum Lingkar Pena Makassar. Tiga hari kemarin, tepat tanggal 2-4 Mei 2014, kami mengadakan perekrutan anggota baru atau istilah kerennya Training of Writing and Recruitment di Leang-Leang Maros, Sulawesi Selatan. Ini adalah kali sekian saya menjadi panitia dalam kegiatan sejenis, dan saya tidak pernah merasa bosan apalagi penat dengan semuanya.

Thursday, May 1, 2014

Kita

Kita tidak perlu berkata banyak. Cukup mata saya menjadi penerjemah atas apa yang tersembunyi di balik gugup lisan saya. Saya tidak pernah ragu atas berapa besar rasa saya buat kamu, Tuan. Sama sekali tidak pernah. Dan saya tahu, kamu tahu pasti itu.

Kita tidak perlu berkata banyak. Cukup sejuntai degup saya menjadi saksi terhadap gumpalan rasa di balik sekat hati saya. Saya tidak pernah takut dengan apa yang saya rasakan, pun saya rasa kamu juga, Tuan.

Cukup kita tahu apa yang seharusnya kita tahu. Kamu adalah saya. Dan sebaliknya. Untuk selamanya.

20:50 di penghujung Kamis yang begitu manis.

Juni

Aku menekuri ujung sepatu yang kupakai. Sialnya, sepatu ini kembali melempar ingatanku pada wajah gadis itu. Katanya, dulu, ia pali...